Jika Pulau Lombok dikenal dengan julukan "Seribu Masjid", maka Pondok Pesantren Thohir Yasin ini tepat dengan julukan "Seribu Kaligrafi". Goresan lentik Ust Moh. Riadhi, M.Pd.I. yang sudah mengenyam pendidikan S2 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan banyak berpengalaman dalam menghiasi berbagai latar dinding untuk di torehkan ayat ayat Al-Qur`an (Kaligrafi). Ust. Moh. Riadhi juga salah seorang pendidik di Ponpes Thohir Yasin. Selain di Pondok Pesantren Thohir Yasin Ustadz ini juga menyemaikan ilmunya di Perguruan Tinggi seperti di Fakultas Syariah; HES, ES, Perbankan Syariah (mata kuliah Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah PBA IAI Hamzanwadi Pancor (mata kuliah Imla' dan Kaligrafi Arab).
Dalam mengisi kegiatan santri, alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor ini juga mengajarkan santri seni kaligrafi sebagai co-kurikuler di Pondok Pesantren Thohir Yasin, rencana kedepan setiap sudut dinding Pondok Pesantren Thohir Yasin akan dihiasi dengan ranumnya lengkok kaligrafi, sehingga siapapun yang memasuki wilayah Thohir Yasin akan menikmati indahnya bangunan tersebut seperti halnya bangunan bangunan yang ada di Turki.
Jenis kaligrafi yang digunakan pada bangunan Ponpes Thohir Yasin ini akan didominasi Khot Tsuluts juga berbagai varian khot lainnya. Menurut Ustadz Moh. Riadhi jenis khot ini lebih umum dan banyak di jumpai di Timur Tengah, selain itu lebih mudah dibaca dan difahami .
Penulisan kaligrafi yang sekarang sedang di kerjakan di depan bangunan Madrasah Tsanawiyah Ponpes Thohir Yasin merupakan cita-cita besar bersama dalam rangka mewujudkan impian menjadi Pondok Pesantren 1000 Kaligrafi. Saat ini santri sudah difasilitasi dengan wadah khusus yang menampung bakat santri dalam seni kaligrafi yang diberi nama "HIKAM" (Himpunan Kaligrafer Madrasah). Selain teori-teori kaligrafi yang santri peroleh lewat wadah tersebut, mereka juga memperoleh pengalaman lapangan (out door class study), yang mana menurut musyrif (pembimbing) kaligrafi, pendekatan ini sangat epektif untuk meningkatkan kemampuan santri dalam berkarya (Kaligrafi). Hal ini sesuai dengan slogan yang didapat oleh musyrif kaligrafi ketika "nyantri" di Pondok Modern Darussalam Gontor, bahwa "Apa yang dilihat, dirasakan, dan didengar adalah pendidikan" (DR. KH. Abdulloh Syukri Zarkasyi, M.A.). Walhasil, para santri akan mendapatkan pengalaman belajar yang all out.
Betapa besar perhatian musyrif terhadap salah satu warisan budaya Islam ini, sehingga terinspirasi untuk melestarikan kaligrafi. Salah satunya dengan mewadahi santri serta mengikutsertakan mereka secara langsung dalam setiap proyek penulisan kaligrafi di Pondok Pesantren Thohir Yasin. Dengan harapan suatu saat mereka memiliki bekal (skill) sekaligus kaderisasi generasi-generasi yang senantiasa mencintai budaya Islam . Upaya ini tiada lain tiada bukan dalam rangka melestarikan budaya Islam.
Berawal dari qaul Sayyidina Ali tentang kaligrafi yang artinya "perindahlah tulisanmu (kaligrafi), karena ia adalah bagian dari pintu-pintu rizki". inilah yang menjadi sisi ekonomis kaligrafi, disamping melestarikan budaya Islam (al-muhafazhoh 'alaih), kita juga akan mendapatkan berkah dalam bentuk cipratan nominal yang tidak sedikit. Terlebih pada masa Daulah Bani Abbasiyah, lahirlah sederetan nama -nama besar kaligrafer Islam diantaranya Ibnu Muqlah dan Ibnu Bawwab yang mempopulerkan penggunaan kaligrafi sebagai ornamen dan arsitektur pada setiap bangunan. Maka sudah seyogyanya kita meneladani dan menjadikannya motivasi ; melestarikan budaya Islam, media dakwah, dan tak ketinggalan pula efek sampingnya berupa berkah finansial. Wallahu a'lamu bishshowaab.
red: unk
foto: Riyadh al-Majdi
Maju terus Pondok Pesantren Thohir Yasin (Y)
ReplyDelete